Dari Ruang Kelas ke Ruang Meeting: Strategi Menumbuhkan Bisnis dari SMA Dituntut Makin Kreatif

  • Whatsapp

JAKARTA, IN.ID | Pemerintah terus mendorong kemampuan berwirausaha kepada siswa SMA agar menjadi kreatif dan mandiri, serta mulai tergerak dan berani membuka usaha sendiri. Sejumlah sekolah pun berpacu menggali kreativitas, bahkan berani mengambil langkah lebih maju, bekerja sama dengan kampus hingga perusahaan.

Direktur Marketing & Customer Relationship, Universitas Prasetiya Mulya, Sagita Utama, mengungkapkan banyak sekolah yang berhasil menggali bakat para siswa melalui wadah tantangan proyek. Siswa ditantang untuk menggali inovasi dan kemampuan dalam mengembangkan produknya.

Bacaan Lainnya

Pembelajaran di SMA bisa saya katakan sudah lebih progresif, ini juga seiring dengan penerapan Kurikulum Merdeka. Salah satu poin di dalamnya, anak-anak SMA diminta untuk membuat proyek. Aspek dari topik proyek yang disorot itu adalah tentang kewirausahaan, itu yang dijalankan oleh anak-anak SMA dan benar-benar dilakukan,” kata Gita di Tangerang.

Melalui cara ini, para siswa SMA didorong untuk mengidentifikasi potensi ekonomi dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Jika proyek ini terus berlangsung di setiap masa pembelajaran, maka mental berwirausaha itu pun bakal semakin bertumbuh.

Salah satu yang krusial adalah kemampuan untuk mengeksplorasi ide-idenya. Misalnya kita melihat banyak orang berbisnis kopi, tetapi apakah mereka dapat mengidentifikasi keunikan bisnis kopinya seperti apa. Ini yang perlu ditantang. Dan saya banyak melihat produk anak-anak SMA ini mampu bersaing. Salah satu senjata mereka adalah kemampuan mengoptimalkan media sosialnya, dan ini penting dalam persaingan bisnis,” kata Gita.

Sementara itu Ketua Yayasan Guru Belajar, Bukik Setiawan, menilai bahwa minat pelajar sekolah hingga mahasiswa dalam kewirausahaan semakin tinggi belakangan ini. Salah satu penyebabnya adalah perkembangan teknologi dan media sosial, sehingga siswa bisa lebih mudah memasarkan produknya ke masyarakat luas.

Ditambah sejak tiga tahun lalu sudah ada kurikulum Merdeka, di mana ada kewajiban pembelajaran berbasis proyek satu kali dalam satu semester. Ini sangat dekat dengan dunia wirausaha. Mereka menghasilkan karya yang bisa menjadi solusi atas permasalahan masyarakat, dan karya ini sangat berpotensi memiliki nilai bisnis,” kata Bukik.

Selain pengembangan bisnis, sejumlah SMA swasta juga mulai mengarahkan siswanya untuk belajar mengenal pekerjaan profesional melalui magang di perusahaan. Cara ini sudah lama berlangsung bagi siswa SMK. Sedangkan bagi siswa SMA, ini menjadi metode tepat untuk terjun langsung mempelajari dunia kerja.

Tujuannya seperti mengenalkan profesi, mencakup cara kerja, lingkungan, supaya siswa SMA ini tahu kalau mau menjadi diplomat, akuntan, pengacara kerjanya seperti apa, dan apa saja yang perlu diperhatikan,” ujar Gita.

Apapun tujuannya, baik mengarah sebagai wirausaha maupun profesional, keduanya harus dikembangkan dalam wadah yang tepat. Gita mengaku banyak peluang dan ajakan dari sekolah untuk berkolaborasi dalam mengembangkan bakat-bakat siswa SMA ini agar semakin terasah.

Kontribusi yang diharapkan dari kami adalah dukungan terhadap proses pembelajaran kewirausahaan di SMA, antara lain memberikan workshop tentang pembelajaran kewirausahaan buat para guru, sehingga para guru dapat memiliki wawasan kewirausahaan yang mumpuni,” sebut Gita.

Bukan hanya bagi guru, kontribusi yang dilakukan dapat pula melibatkan para mahasiswa  Prasetiya Mulya pemilik bisnis agarikut mendampingi proyek-proyek siswa SMA yang masih berkembang.

Sekolah bisa kolaborasi dengan mahasiswa-mahasiswa Prasetiya Mulya untuk mendampingi anak-anak ini dalam proyek. Jadi semacam transfer knowledge,” kata Gita.

Kepercayaan para pengelola sekolah terhadap Prasetiya Mulya dalam membimbing murid dan guru di bidang ini tak lepas dari proses pembelajaran di kampus ini dalam mengembangkan kemampuan wirausaha.

Perubahan Mindset Pendidikan
Ketika sistem pembelajaran sudah mendorong adanya perkembangan dalam metode pembelajaran, tantangannya justru ada pada tenaga pengajar. Banyak tenaga pengajar atau guru yang masih memiliki mindset lama, di mana pengajarannya berorientasi pada nilai dari penghafalan.

“Tantangan pertama ada pada perubahan mindset pendidikan. Dari berorientasi melahirkan lulusan dengan nilai angka yang tinggi menjadi berorientasi melahirkan lulusan dengan karya yang bernilai,” jelas Bukik.

Sedangkan tantangan kedua ada pada kesiapan guru dan kepala sekolah. Untuk menjalankan program kewirausahaan, butuh pemimpin dan guru yang mempunyai pengetahuan berdasarkan pengalaman berwirausaha.

Tidak ketinggalan, tantangan ketiga adalah kebiasaan melakukan asesmen sumatif berupa ujian terstandar. Program kewirausahaan butuh ujian yang komprehensif untuk menilai proses dan hasil belajar murid dalam berwirausaha.

“Kebanyakan sekolah masih menggunakan pengujian berstandar, yang satu jawaban benar. Ujian standar tidak salah, tapi kalau dia jadi satu-satunya alat ukur penilaian, itu jadi salah. Jadi bukan anti ujian standar, karena bagaimana mungkin keberhasilan wirausaha diukur dari ujian berstandar? Makanya assesment ini harus geser ke yang sifatnya komprehensif,” kata Bukik.

Adaptasi terhadap perubahan itu bukan pekerjaan mudah karena hingga kini sekolah yang serius dalam kewirausahaan masih relatif terbatas pada sejumlah sekolah unggul non akademik, khususnya yang menggelar pembelajaran berbasis proyek dengan penilaian yang komprehensif.

Untuk itu, Bukik dengan Yayasan Guru Belajar begitu aktif dalam mendorong adaptasi tenaga pengajar dalam sistem pendidikan terkini, khususnya dalam hal Kewirausahaan di Kurikulum Merdeka.

“Kami melakukan pendampingan ke sekolah-sekolah bagaimana bertransformasi paradigma dan sistem untuk bisa online dengan Kurikulum Merdeka dalam konteks pembelajaran berbasis proyek,” kata Bukik.

Namun, semua pihak harus bisa berkontribusi dalam membantu proses adaptasi ini. Pendidikan tinggi sebagai pusat pengetahuan bisa berperan sebagai fasilitator, fungsinya menyediakan tenaga ahli yang menjadi konsultan sekolah dan mentor guru dalam merancang dan melaksanakan program kewirausahaan.

Bukik menilai sekolah dan kampus dengan sistem pembelajaran berbasis proyek punya kekuatan langkah-langkahnya yang sistematis, logis berdasarkan data karena terbiasa menghadapi studi kasus, bukan hanya sekedar teori. Hal itu yang menjadi kekuatan kampus berbasis entrepreneurship untuk meningkatkan kualitas wirausaha kita.

“Potensi perguruan tinggi dalam menemukan spirit entrepreneurship jauh lebih besar lagi. Pendidikan tinggi punya fleksibilitas dan kewenangan mengatur kurikulumnya berbasis proyek dan Prasetiya Mulya salah satu kampus yang menjadi pelopor gimana pembelajaran berbasis proyek itu. Kalau tidak begitu belajar teori doang,” kata Bukik.

Minat Tinggi Mahasiswa dalam Wirausaha
“Mahasiswa di Prasmul sudah diarahkan untuk mengembangkan bisnis sejak semester awal. Dampaknya, para mahasiswa yang berada dalam lingkungan yang berorientasi ingin mengembangkan bisnis bakal lebih terpicu untuk terus bereksplorasi. Dan kita punya banyak alumni yang sudah terjun di industri, itu akan membangun sebuah networking sendiri pada saat nanti siswa punya bisnis juga,” sebut Gita.

Tingginya minat para siswa SMA dalam berwirausaha membuat pendaftaran di School of Business Economics, Universitas Prasetiya Mulya selalu membludak setiap tahun. Jurusan Bisnis menjadi salah satu yang  favorit, selain program studi lain yang juga menarik di mana siswa bakal diarahkan untuk mempelajari banyak hal yang juga berada dalam lingkup pelaksanaan sebuah bisnis,  seperti Branding, Finance and Banking, Financial Technology, hingga Accounting.

Di sisi lain, kehadiran  School of Applied Science, Technology, Engineering and Mathematics(STEM) yang memiliki berbagai program studi yang dibutuhkan industri di masa depan, seperti Energy Business Technology hingga Computer Systems Engineering (Artificial Intelligence and Robotics) dan juga School of Law and International Studies dengan program studinya International Business Law juga selalu tinggi peminat. Pasalnya, proses pembelajaran yang dijalankan di masing-masing program studi tersebut   tidak hanya  dalam hal teknis namun bagaimana pula mengintegrasikannya dalam hal bisnis.

***
Tentang Universitas Prasetiya Mulya
Universitas Prasetiya Mulya adalah pelopor program MBA dan sekolah bisnis terkemuka di Indonesia. Lembaga ini didirikan pada tahun 1982 oleh para pemimpin bisnis ternama di masa itu, dengan visi misi Prasetiya Mulya untuk menjadi pusat pembelajaran yang baik bagi para wirausahawan, profesional, dan peneliti bisnis.

Pada tahun 2005, mengawali dibukanya program sarjana, Universitas Prasetiya Mulya kembali menegaskan dedikasi para pendirinya untuk mendidik wirausaha muda Indonesia. Sejak saat itu, pendaftaran mahasiswa setiap tahun menunjukkan angka yang terus meningkat dan sebagai konsekuensinya, dibutuhkan lebih banyak ruang. Di penghujung tahun 2009, Universitas Prasetiya Mulya mulai membangun kampus kedua dengan luas total 8 hektar yang terletak di BSD City Kavling Edutown I.1, Jl. BSD Raya Utama, BSD City.

Kampus BSD menawarkan suasana belajar yang menyenangkan, jauh dari kemacetan Jakarta, didukung dengan fasilitas kampus yang unggul. Kampus baru yang dibangun khusus untuk melayani mahasiswa sarjana dengan lebih baik dan lebih kreatif melambangkan komitmen Universitas Prasetiya Mulya untuk menawarkan standar keunggulan tertinggi dalam pendidikan dan penciptaan wirausahawan sukses dan profesional bisnis.

Di awal tahun 2016, Prasetiya Mulya bertransformasi menjadi universitas masa depan, menjawab tantangan abad 21 yang beragam dan menjadi pionir universitas ganda dan kolaboratif di Indonesia. Universitas Prasetiya Mulya telah menyadari pentingnya kolaborasi ilmu terapan, dengan mendirikan School of Applied Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) dengan School of Business and Economics (SBE). (Syifa Fauzia)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan