Densus 88 Kembali Ringkus 3 Orang Tersangka Teroris

  • Whatsapp

KOTIM, IN.ID | Pengamat Politik Sosial dan Budaya Kalimantan Tengah Muhammad Gumarang mengapresiasi gerak cepat aparat keamanan yang berhasil meringkus 3 orang tersangka teroris pekan ini, 1 orang di Palangkaraya dan 2 orang lagi di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur.

“Dengan tertangkapnya 3 orang tersangka teroris yang gagal melakukan aksinya di Kalimantan Tengah ini kita patut bersyukur atas kerja keras aparat keamanan yang berhasil melakukan pengembangan atas kasus ini jelang perayaan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022”, ucapnya kepada awak media, Jum’at (24/12/2021).

Bacaan Lainnya

“Untuk di Kalimantan Tengah yang berkaitan dengan konteks Kultur Sosial Budaya maupun yang berkaitan dengan Agama, bagi masyarakat lokal tidak populer dan tidak mengenal bom bunuh diri”, jelasnya.

Jadi tindakan tersebut lebih gampang ‘bocor’ lebih gampang ‘terendus’ dan ‘terdeteksi’ oleh pihak aparat keamanan.

“Paham tersebut sulit untuk berkembang dan menyatu ibarat minyak dan air, karena pengaruh Kultur Sosial Budaya dan Agama yang sudut pandangnya tidak sama atau ‘tabu’ apabila terkait bom bunuh diri”, tambahnya.

Ia menghimbau yang patut dicermati dan perlu diwaspadai adalah para pendatang oleh pihak keamanan.

“Dapat dilihat dari sisi tujuan kedatangannya, pekerjaannya lalu apakah bertempat tinggal menetap atau hanya sementara saja, itu adalah suatu petunjuk deteksi awal yang perlu diwaspadai”, imbuhnya.

“Memang tidak semua pendatang seperti itu, pendatang yang mencari nafkah sah sah saja, namun yang perlu kita tekankan adalah pendatang yang aktivitasnya tidak jelas, tidak mungkin seseorang yang tinggal dan menetap ingin menjadi teroris”, ujarnya.

Menurutnya peran rukun tetangga (RT) dapat lebih dimaksimalkan lagi, untuk mendata orang asing yang memasuki wilayahnya.

“Kapan perlu para RT ini dilatih dan dididik secara profesional agar mereka memiliki pengetahuan tentang ciri ciri teroris, sehingga lebih memudahkan mereka berkomunikasi dengan pihak keamanan dan ini perlu dukungan dari pemimpin daerah baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/ kota”, urainya.

Selain itu perlu juga peran aktif kelembagaan adat melalui DAD, Damang hingga Mantir untuk melakukan pembinaan, khususnya kepada masyarakat lokal agar jangan sampai tertular paham yang menyesatkan.

“Kepada para tokoh masyarakat dan para akademisi juga perlu memberikan pemikiran dan memberikan edukasi sampai ke tingkat perguruan tinggi, karena perguruan tinggi adalah merupakan sumber ilmu dan pendidikan bagi para pemuda penerus bangsa”, ujar Gumarang.

“Mari kita bangun kerukunan dan kedamaian di wilayah Kalimantan Tengah baik itu masyarakat lokal maupun para pendatang, jangan sampai lengah karena Sampit pernah ‘luka’, walaupun luka tersebut bukan bersumber pada konflik agama ataupun sara, namun pihak keamanan dan pemerintah harus tetap ekstra waspada”, tandas penulis buku Sampit Bukan Poso Bukan Pula Timor Timur yang sudah mendunia ini. (Tomi/Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan