JAKARTA, IN.ID | Siapakah yang layak disebut Bapak Pembangunan? Selama ini yang ada di benak kita adalah nama Soeharto. Tetaapi Jokowi juga layak disebut sebagai Bapak Pembangunan dan Bapak Industri.
Mengapa?
Jokowi membangun infrastruktur secara besar-besaran dan masif. Ribuan kilometer jalan tol dan jalan nasional, pelabuhan, bandara, terminal, stasiun, bendungan, pembangkit listrik berbagai jenis tenaga, pos lintas batas negara, dll berhasil dibangun di masa kepemimpinan Jokowi. Bahkan, hanya dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, Jokowi membangun jauh lebih banyak ketimbang pemerintahan sebelumnya.
Selain membangun infrastruktur, Jokowi juga membangun negara ini menjadi berbasis industri. Jokowi perlahan-lahan ingin mengubah negara ini lewat industri manufaktur yang berorientasi ekspor dan menyerap banyak lapangan kerja.
Berbagai kawasan industri dibangun untuk percepatan industri. Salah satunya yang fenomenal adalah groundbreaking pembangunan Kawasan Industri Hijau Indonesia yang terletak di Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.
“Ini kita harapkan akan menjadi kawasan industri hijau terbesar dunia, bukan Kalimantan Utara, bukan Indonesia, tapi dunia. Karena menyangkut lahan sampai detik ini 16.400 hektare dan targetnya adalah 30.000 hektare,” kata Presiden saat melakukan groundbreaking.
Kawasan industri hijau ini dibangun melalui kerja sama sejumlah investor dari dalam dan luar negeri seperti Cina dan juga Uni Emirat Arab.
Pembangunan kawasan industri hijau ini merupakan bagian dari upaya transformasi ekonomi Indonesia dari produsen bahan mentah menjadi penghasil barang setengah jadi dan barang jadi.
“Ini yang yang sering saya sampaikan, yang namanya kita akan memulai transformasi ekonomi Indonesia. Dari yang kita sudah bertahun-tahun bertumpu kepada sumber daya alam, ekspor raw material, ekspor bahan-bahan mentah, sekarang kita akan masuk kepada hilirisasi, kepada industrialisasi bahan-bahan mentah kita,” kata Jokowi.
Industri yang ada di kawasan ini hampir semuanya akan menghasilkan barang jadi sehingga dapat memberikan nilai tambah yang besar bagi Indonesia.
“Inilah lompatan katak, sebuah lompatan yang ingin kita lakukan, leapfrog yang ingin kita lakukan. Dan ini akan kelihatan manfaatnya secara riil 5-10 tahun dari sekarang. Nanti kita lihat 5-10 tahun yang akan datang, akan bermanfaat seperti apa, baru kelihatan,” kata Jokowi.
Pembangunan kawasan industri ini akan melibatkan sekitar 100 ribu tenaga kerja. Saat beroperasi diperkirakan akan membutuhkan lebih dari 200 ribu tenaga kerja.
Jokowi memang layak disebut sebagai bapak industri karena di tangan dia, industri mulai dikembangkan. Hilirisasi industri dimulai. Tidak ada lagi cerita ekspor bahan mentah yang nilainya murah. Negara mana pun yang ingin bahan mentah dari Indonesia, dipersilakan tanam modal dan membawa teknologinya ke Indonesia, dan hasilnya untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
Dulu, ekonomi Indonesia lebih bertumpu pada ekspor bahan mentah dan komoditas. Sektor industri ketinggalan jauh dari Thailand bahkan disalip oleh Vietnam. Impor merajalela sehingga neraca dagang RI sering defisit alias tekor.
Sekarang, neraca dagang bisa surplus karena nilai ekspor terus menguat. Jika industri manufaktur berada dalam kondisi puncak, Indonesia akan bisa sejajar dengan minimal Thailand dan Vietnam. Lihat saja negara-negara seperti USA, China, Jerman, Korea Selatan dan Jepang yang merupakan negara industri besar. Ekonominya besar dan berpengaruh pada ekonomi global.
Indonesia yang memiliki SDM terbesar keempat di dunia dan dikaruniai SDA melimpah, malah tidak bisa mencapai potensi sebagai negara industri besar. Ironis tapi ini fakta pahit. Padahal dua faktor ini, kalau dimanfaatkan betul, Indonesia sudah maju berkali lipat dari kondisi saat ini. Ibarat mobil sport Ferrari, yang bisa dipacu hingga lebih dari 300 km/jam, tapi selama ini hanya dikendarai dengan kecepatan 50 km/jam.
Tanyakan saja apa kerja pemerintahan dulu. Dan jangan tanyakan ini pada kelompok sakit hati maupun kadrun. Pemahaman otak mereka tidak akan nyampe. Yang satu terlalu sakit hati, yang satunya lagi terlalu bodoh karena sibuk mikirin surga beserta bidadari di sana.
Apa yang dilakukan Jokowi saat ini akan dinikmati oleh kita bertahun-tahun yang akan datang. Presiden berikutnya hanya butuh mempercepat, karena pondasi sudah dibangun. Kecuali presidennya mantan pecatan dan pakai isu SARA.
Bagaimana menurut Anda?
Oleh: Xhardy