BANYUWANGI | IndependentNews.id | Pengukuhan Ketua DPD IWO Indonesia di Banyuwangi beberapa waktu lalu tepatnya pada tanggal 18 Januari 2025 bertempat di aula Dinas Parawisata Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur berjalan dengan hikmat. Pasalnya sebelum acara pengukuhan ketua, rangkaian acara dilakukan dimulai dengan acara santunan anak yatim sebagai pembuka acara.
Selain nuansa spiritual juga tidak ketinggalan budaya Banyuwangi menjadi pembuka dalam acara pengukuhan tersebut.
Langkah tersebut, satu acara mempertahankan nuansa alam Banyuwangi yang tidak bisa lepas dari spiritual dan budaya menjadi pengingat terselenggaranya acara dengan tanpa ada halangan apapun.
Mengingat menurut Ketua DPP IWO Indonesia dalam sambutannya menyampaikan penbentukan IWO di Banyuwangi dua kali mengalami kegagalan.
“Alhamdulillah hari ini merupakan penbentukan organisasi IWO yang ketiga kalinya, sebelumnya mengalami kegagalan”, terangnya dalam sambutan Sabtu 18 Januari 2025.
Nada yang sama disampaikan sekertaris DPD IWO Indonesia Banyuwangi kepada IndependentNews.id, bahwa pembentukan IWO dua kali mengalami kegagalan, oleh karena itu agar pelantikan atau pengukuhan berdirinya organisasi didahului dengan nuansa spiritual.
“Demi berjalannya dan terbentuknya IWO di Kabupaten Banyuwangi, maka kami berinisiatif dari awal akan menggunakan nuansa spiritual, agar acara tersebut tidak gagal lagi,” papar sekertaris IWO Banyuwangi.
Khoirul, panggilan akrab Sekretaris DPD IWO Banyuwangi menambahkan, acara pengukuhan Ketua pada hari itu, harus tidak keluar dari alam semesta Banyuwangi, yakni nuansa spiritual dan Budaya Harus didahulukan.
“Untuk itu demi berjalannya acara tersebut nuansa spritual didahului dengan santunan anak yatim serta budaya khas Banyuwangi yakni penampilqn Tari Gandrung”, lanjut Sekretaris IWO.
Di tempat terpisah Ketua DPD IWO Indonesia Banyuwangi membenarkan, bahwa Banyuwangi beda dengan kota – kota lain, dimana Banyuwangi merupakan kota yang tidak bisa lepas dari nuansa mestis.
“Banyuwangi ini beda dengan kota lain, dimana setiap pelaksanaan atau acara – acara yang melibatkan orang banyak, tidak boleh melupakan mistis, setiap acara spritual harus ada walau hanya santunan anak yatim dan penampilan Budaya Banyuwangi yakni Tari Gandrung Banyuwangi, kegagalan pembentukan IWO sebelumnya diduga melupakan nuansa mistis”, jelas Indah Razak Ketua DPD IWO Indonesia Banyuwangi. (MAH/Red)







