PURWOREJO, IN.ID – Sejatinya ekonomi kreatif akan menjadi upaya solutif di tengah wabah Covid-19 yang belum terprediksi entah kapan berakhir.
Adalah Pemancingan Kemantren yang berlokasi di Dusun Kemantren II Desa Semawung RT 01 RW 05 No. 37 Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang buka setiap hari 24 jam full menjadi solusi untuk melepas kepenatan serta menyalurkan hobbi memancing maupun mengasah kepiawaian olah raga memancing para mancing mania. Khususnya para pemancing yang berasal dari Semawung Purworejo.
Setiap hari belasan pemancing harian bertandang dan menyalurkan hobbi di pemancingan yang relatif asri di tengah lahan rumah dan kebun yang saat berita ini ditulis sedang musim buah rambutan, durian dan nangka yang terkadang sesekali bisa dinikmati pemancing yang juga dijamin tidak akan sulit membeli minuman, jajanan, rokok bahkan makanan sejuta umat yakni mie instant dengan toping telur dan sosis yg juga buka 24 jam untuk menemani penggila olahraga memancing.
Bagi Hadi Purwanto yang biasa disapa Mas Pur pengelola sekaligus pemilik PT. Bumi Semawung Sejahtera yang dahulu core businessnya adalah budidaya eksport ikan Sidat namun kemudian terkena imbas mana kala para petani plasmanya di Lombok, Nusa Tenggara Barat hancur saat diterjang gempa bumi di Lombok beberapa tahun lalu yang menjadikan dirinya banting setir berbisnis kolam pemancingan khususnya ikan lele yang juga menyiapkan beberapa kolam lele untuk stok mancing harian maupun galatama dengan ikan lele ukuran jumbo dan atau babon.
Dibantu Ririn sang putra dan Aura sang putri dan Mbak Nur sang istri kini Mas Pur sudah enjoy menjalani bisnis pemancingan yang mulai serius juga dikelola oleh Ririn sang putra.
Menurut Mas Pur pada galibnya Galatama Lele saat ini merupakan pemancingan yang paling banyak di Indonesia dan sedang happening. Dalam rangkaian galatama lele biasanya diperbolehkan menggunakan pelampung dan umpan apapun dengan durasi waktunya bisa berkisar 3-5 jam lamanya bahkan lebih bergantung kebijakan pengelola.
Untuk joran dan umpan biasanya bebas. Bentuk umpan hidup sampai oplosan juga diperbolehkan. Di Pemancingan Kemantren umpan hidup seperti kroto, darah sapi (marus) dan cacing sutra tetap diperbolehkan dengan jumlah pemancing hingga 60 orang bahkan lebih dimana saat galatama para Mancing Mania Semawung datang lebih awal agar dapat tempat dan tidak kehabisan kuota.
Masih menurut Mas Pur di Pemancingan Kemantren untuk pemancing yang akan memanjakan sang istri tercinta di rumah juga ada kolam khusus ikan nila dan patin berukuran kecil hingga sedang yang akan crispy dan yummy bila digoreng garing.
Galatama hakekatnya merupakan alternatif lain dari kegiatan memancing di kolam yang penuh dengan persaingan dan aroma perlombaan. Bayangkan saja waktu dan kompetitor yang sedang melakukan kegiatan dan hal yang sama yaitu berusaha mengumpulkan ikan dan mendapatkan babon sampai berusaha mendapatkan apa yang sering disebut dengan maskot dengan aneka hadiahnya.
Sejatinya Istilah galatama sendiri mengacu pada dunia persepakbolaan pada era 80-an. meskipun beda aktivitas namun galatama yang dimaksud disini hanyalah sistemnya saja.
Dengan kata lain galatama ini merupakan aktivitas memancing yang dilakukan pada kolam pemancingan dengan sistem lomba dengan jumlah pemancing yang banyak dimana untuk mencari pemenang yang akan mendapatkan hadiah tertentu dari pengelola.
Sampai saat ini tidak ada seorangpun yang tahu siapa yang pertama kali mencetuskan nama galatama di arena kolam pemancingan ini. Namun sampai kini sistem mancing galatama sudah cukup terkenal di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Hal ini tentu bukan tanpa alasan, saat ini banyak orang yang melakukan aktivitas mancing hanya untuk sekedar mencari hiburan semata. Bukan karena hobi atau berusaha mendapatkan ikan apalagi berbalut olah raga memancingnya.
Kondisi kekinian ini ditandai dengan banyaknya kolam-kolam pemancingan tumbuh subur bak cendawan di musim hujan dengan beda-beda sistem sesuai dengan kebijakan masing-masing pemilik kolam tentunya terlebih lagi di suasana pandemi di seluruh persada negeri.
Memang sistem galatama ini bisa berbeda-beda antara satu kolam dengan kolam pemilik lainnya. Namun biasanya peserta galatama ini diwajibkan membayar uang untuk sewa ikan yang dipancingi bisa berkisar antara puluhan hingga ratusan ribu perorang tergantung masing-masing pemilik kolam juga. Waktu yang disediakan bervariasi mulai dari 1-5 jam pada umumnya. Namun juga bisa sampai 5 jam lebih pada galatama yang bersyarat dengan harga tiket yang lebih tinggi.
Jumlah peserta bisa mencapai 60 orang bisa lebih tentu juga sesuai dengan kesepakatan dan luasan kolam pemancingan. Untuk harga tiket biasanya sudah ditentukan oleh masing-masing pemilik lapak kolam pancingan. Biasanya mulai dari 10.000, 20.000 bahkan sampai ratusan ribu tergantung dari kesepakatan juga antara sesama peserta, Kalau disini hadiah galatama lele biasa ayam bahkan pernah kambing pungkas Purwanto diamini Ririn dengan optimis dan senyum mengembang. Salam satu Joran
(Agus Yusbiyadi)